MENUAIBENIH NUR MUHAMMAD. (SEKALIGUS MEMBANGUNKAN LANGSUNG NUR QASAM) Dengan segala hormat kepada seluruh kawan kawan yang telah menemukan muara dari semua benih keilmuan,yang telah menemukan induk dari segala pengetahuan energy MAKA DENGAN INI DALAM RANGKA MENYAMBUT DATANGNYA BULAN PUASA YANG SEBENTAR LAGI AKAN KITA RANGKUL,SAYA BUKA IJAZAH DalamIslam terdapat doa sebelum memotong kuku serta aturan atau tata cara memotong kuku sesuai aturannya. • Waktu Potong Kuku yang Disunnahkan di Islam ! Ada 3 Hari Dalam Sepekan. Jika NURMUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya asal segala kejadian dan akhir segala kenabian : ALHAK dan dia pada Nabi. Akhirnya Ujudmu dan hidupmu satu rahasia dengan Ujud Allah dan Hayatullah Zat. Dan satu rahasia dengan perikemanusiaan, dan dengan seluruh jagat raya ini. Dan se-gala2nya dalam hal apapun jua, tetapi Vay Tiền Nhanh. "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] bagi orang-orang yang yakin, dan [juga] pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" [ Adz-Dzariat20-21] "Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barangsiapa melihat [kebenaran itu], maka [manfaatnya] bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta [tidak melihat kebenaran itu], maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku [Muhammad] sekali-kali bukanlah pemelihara[mu]". [ Al-An'am104] Salam alaikum, Sobat Sarang, kita lanjutkan bicara soal zat, ya. Ayat pertama di atas adanya menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah itu pada sekalian alam, termasuk pada diri kita. Sedangkan ayat kedua menjelaskan sudah terang atau sudah jelas sejelas-jelasnya kekuasaan Allah Swt. itu. Bagi kawan yang belum membaca penjelasan mengenai zat dan sifat, kami sarankan untuk membaca dulu postingan sebelumnya yang berjudul Pahami Zat dan Sifat dalam Teorema Tauhid. Jadi, yang terang-terang kita pandang itulah Mahasuci [Zat-Mutlak], bukan zat dan sifat. Yang Mahakuasa itu adanya di Mahasuci karena DIA terlebih Mahasuci. Mustahil di Mahasuci yang ada Mahakotor. Tentulah Yang Terlebih Mahasuci yang ada di Mahasuci itu. tempat kembali Kotor dan suci tidak bisa satu. Kalau suci sama suci bisa dikatakan satu. Maka setiap yang bersih dan yang kotor itu kalau dipaksakan bercampur pasti rusak[1]. Sederhananya, bersih-kotor ditak bisa bersatu. Musti bersih dengan bersih lagi. Jadi, di Mahasuci itulah Yang Terlebih Mahasuci. Tidak ada yang lain lagi. Yang Terlebih MahasuciMahakuasa dengan Mahasuci tidak becerai. Mahasuci itu Zat-Mutlak, bukan zat-sifat. Yang Terlebih Mahasuci itu isi Zat-Mutlak. Zat-Mutlak [Mahasuci] itu tubuhnya zat-sifat. Mahasuci itu bersih. Tidak berwarna, kosong sekosong-kosongnya. Itulah Rahasia. Mahasuci itu putih seputih-putihnya, artinya bersih sebersih-bersihnya. Yang dikatakan putih seputih-putihnya di sini bukan warna atau tidak berwarna. Mahasuci ini yang dikatakan Awwalu makhalaqallaha min Nuurihi Nabiyika,'yang pertama diciptakan Tuhan ialah Cahaya Nabimu'. Cahaya Nabi inilah yang disebut Nur Ilahi atau Cahaya Diri Tuhan. Kalau orang tahu Zat-Mutlak, tubuhnya tidak dimakan racun. Selain dari Zat-Mutlak, semua itu zat ke-racun-an. Zat-Mutlak itu sampai tidak ada rasa dunia. Zat-Mutlak inilah yang paling tua sampai tidak mempunyai rasa lagi. Umpama tebu, kita peras-peras sampai tidak ada rasa manis lagi. Itulah Zat-Mutlak. Mahakuasalah itu. Orang sakit kalau banyak dijenguki oleh orang-orang berdosa, semakin parah sakitnya. Kalau yang datang menjenguknya semakin cepat sembuhnya. Orang jahat itu membawa Malaikatul Maut, sedangkan orang yang baik itu membawa Malaikatul Rahman. Zat-Mutlak atau disebut juga Tubuh Mahasuci ini membersihkan pikiran jahat yang ada pada orang yang sakit itu. Kalau ada kesegaran di pikirannya, inilah artinya diberi rahmat. Kalau dicium busuk, neraka. Zat-Mutlak atau Mahasuci ini musuh penyakit. Kalau datang pada orang yang sedang sakit, Mahasuci akan melapangkan pikiran. Bagi orang sakit, sama dengan pergi melihat taman surga. Surga itu di bawah telapak kaki ibu. Zat-Mutlak yang menghidupkan kita. Itulah dikatakan Tuhan itu Hidup Semata-mata. Zat-Mutlak itulah Nikmatullah. Zat-Mutlak itu dilindungi oleh zat asam. Zat asam itulah dikatakan zat-sifat. Zat asam [zat-sifat] ini tabir bagi Zat-Mutlak. Jika tabir ini terbuka, binasa sekalian alam karena Zat-Mutlak itu Cahaya Rabbani. Tidak ada satu pun yang bisa menahan kekuatan Cahaya Ilahi [sebab kekuatannya lebih dahsyat daripada api neraka sekali pun]. Sebagaimana lapisan ozon melindungi Bumi dari radiasi Matahari; lapisan zat asamlah melindungi alam semesta ini dari kekuatan Cahaya Ilahi. Cahaya Zat-Mutlak ini meliputi sekalian alam atau melindungi sekalian alam. Itu sebabnya Bumi tidak akan bisa terbakar oleh cahaya Matahari. Selagi masih ada Cahaya Ilahi melindungi sekalian alam. Jangan harap cahaya Matahari bisa menghanguskan Bumi dan seisinya[2]. Bukti nyata sudah berapa juta tahun Bumi terpapar cahaya Matahari tidak juga Bumi ini jadi abu. Sudah terpikirkah Cahaya Ilahi ini oleh para ilmuwan? Yang Anda baca ini uraian yang dibuat agar Anda tahu jalan pemikiran orang tauhid. Manusia tahu cara memanipulasi energi, tetapi tidak bisa membersihkan sampah energi. Lihat kasus Hiroshima-Nagasaki dan Chernobyl. Itulah sebabnya dikatakan di Bumi ini sudah ada tanda-tanda kekuasaan Allah, yaitu Zat-Nya [Zat-MutlakMahasuci]. Yang dikatakan Zat-Mutlak itulah Tubuh Mahasuci, disebut juga Zahiru Rabbi. Kita ini, bathinu abdi. Sampai akhirat pun Zahiru Rabbi yang ada. Zahiru Rabbi inilah tempat husnul khatimah. Inilah pengajian sirri sirrihi; pengajian hakikat ke atas. Di atas hakikat, ya'lu nakum, wa laa yu'la tidak ada apa-apa lagi. Siapa mengatakan masih ada alam-alam lagi di atas hakikat ini, kafir. Zahiru Rabbi itu Zat-Mutlak. Inilah kekuasaan Tuhan. Zahiru Rabbi itu disebut juga Tubuh Mahasuci. Tubuh Mahasuci itu disebut Ruh Qudus. Di mana maqam Ruh Qudus itu pada diri kita? Ada di sama-tengah hati. Inilah tubuh Muhammad Rasulullah Saw. Jadi semua itu berhimpun di tubuh Ruh Qudus. Coba lihat tubuh Zahiru Rabbi, Dia bersifat diam. Begitu juga maqamnya di diri kita; yang di pusat itu, bersifat diam juga. Dalam tafakur, rasakan diamnya yang di sama-tengah hati itu, bukan diamnya jasad kita ini yang kita Rabbi diam. Di sama-tengah hati diam. Kalau sama diam "di luar" dengan diam yang "di dalam" esa-lah. Diri yang diam inilah tajallinya Tuhan. Bukan Tuhan yang tajalli, akan tetapi Rahasia Diri Tuhan ini yang tajalli satu dengan jasad. Menurut pandangan syariat orang yang tajalli Rahasia Diri Tuhan satu dengan jasadnya itu mati. Akan tetapi menurut pandangan rabbani, tidak mati. Mengapa tidak mati? Karena Ruh [Qudus] dan jasad tidak becerai. Inilah Pusaka Madinah yang musti diketahui dan musti didapat. Barulah kamu berguna bagi ibu-bapak dan sanak-keluargamu di akhirat kelak. Pusaka Madinah inilah "Illa kalil". Wahai ulama, mengapa yang "ila kalil" ini tidak mau dipelajari dan tidak mau disampaikan pada umat? Sudah tahu, tidak mau memberi tahu umat, berdosa pada Allah Swt. Karena kita dikaruniai pengetahuan itu bukan untuk disebut hebat dan bukan agar disanjung-sanjung orang. Orang tasawuf banyak bicara soal tahali, takhalli, tajalli, tapi cara-cara praktiknya secara hakiki mereka tidak pernah mau memberi tahu umat. Kebanyakan, umat disuruh beramal saja berzikir, berzikir, berzikir, tetapi praktik cara meraih tajallinya mana ada mereka ceritakan. Kasihanlah umat hanya tahu teori mengendarai mobil saja, tetapi praktik cara mengendarai mobil tidak bisa. Inilah isi pengajian kami pada malam Jumat kemarin, yaitu membahas masalah Pusaka Madinah yang dibawa oleh Sayyid Muhammad, Sultan Istanbul yang didapatnya dari Imam Sanusi di Madinah. Wali Sanusi mendapatkan Pusaka Madinah ini langsung dari Nabi Muhammad Rasulullah Saw.[3] Wasiat untuk anak-cucu Wali Bilawa di Makassar, Sulawesi Selatan Ilmu Pusaka Madinah ini ada juga dimiliki oleh Wali Bilawa dari Makassar, Sulawesi Selatan, yang makamnya ada di Mekah al-Mukaramah tepatnya di Sasaga Saghir. Motto Wali Bilawa untuk anak-cucunyaPole ride'e lisu ride'e[Asal dari kosong, kembali ke kosong][Asal dari Mahasuci, kembali ke Mahasuci][Asal dari tidak ada sesuatu, kembali ke tidak ada sesuatu]Jadi, kita musti bisa sampai ke tempat yang tidak ada sesuatu tena sikore, sikore tena sileo' Eme-emelah elokmu[Bercampur tapi tidak satu, satu tapi tidak bercampur][Kalau sudah paham ini telan-telanlah liurmu]Inilah zikir yang tidak berhuruf; tidak bersuara. Inilah zikir Diri Allah [Zat] memuji Tuhannya pembukaan tauhid Bilawa saja, di situ dikatakanWatuna tetong alena degaga sewa-sewa alena nawingdru atau windru alena[Tatkala belum ada sesuatu apa pun. Diri-Nya dijadikan-Nya. Dari Diri-Nya inilah dijadikan-Nya segala sesuatu]Jelaslah sudah bahwa Tuhan sudah menyerahkan Diri-Nya pada kita. Diri mana lagi yang mau kita serahkan pada Tuhan? Kalau bukan Diri Tuhan juga. Kalau Diri Tuhan, bisa sampai ke Tuhan. Kalau bukan Diri Tuhan, tidak akan bisa sampai ke semeko-mekona' yaitu seng Puang Ta'ala[Diam sediam-diamnya, itulah Tuhan semata-mata]Itulah sebabnya dalam salat itu masammang renrenna meko'na [= besertaan gerak dengan diamnya. Inilah Allah Ta'ala salat. Wajib 3 alif [harakat] panjangnya. Macam mana serta gerak dengan diamnya? Itulah Allah Ta'ala salat. Kalau tidak besertaan [gerak dengan diamnya], kamu yang salat. Kalau kamu [baharu] yang salat, kamu menyembah Qadim. Padahal yang wajib itu Yang Qadim menyembah abdal Asma, faqad kafar, 'siapa menyembah Nama, kafir'.Man abdal ma'na, munafiqun, 'siapa menyembah makna, munafik'.Supaya jangan kafir dan munafik, tinggalkanlah Nama dan makna. Inilah sebenar-benar saja penguraian riwayat dari Guruku untuk Saudara-saudaraku di Makassar Carilah ajaran-ajaran Wali Bilawa. Jangan kalian hanya tahu ceritanya saja, cari dan raih ilmunya juga. tujuan [1] "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil..." [ al-baqarah42] [kembali] tujuan [2] Artinya inilah berita langit yang tidak bisa dicuri oleh para setan [yang didewakan bangsa Maya] sejak kelahiran Nabi Muhammad Saw. Ramalan bangsa Maya ini juga ternyata "diam-diam" telah menipu para ilmuwan yang menduga akan terjadi semburan lidah matahari ketika terjadi solar maximum di akhir kalender bangsa Maya. [ini lintasan pikiran ane aja waktu catat diktean ini dari Guru] [kembali] tujuan [3] Kalau kalian jujur, terimalah kenyataan bahwa sanad ilmu pengajian kami lebih tepercaya sebab sanad ilmu kami termasuk ke dalam kategori sanad aly yang sedikit orang terlibat dalam mata-rantai syiarnya. Guru kami adalah generasi ke-4 pewaris Pusaka Madinah ini sejak dari sumber pertama Nabi Muhammad Rasulullah Saw., kalau mau tau. [Nah, akhirnya sekarang kalian sudah tahu sanad ilmu pengajianku. Puas?!][kembali] Adam Troy Effendy By Published 2013-01-12T001900+0700 Tentang Zat Allah [dan Wasiat Wali Bilawa untuk Anak-Cucunya di Sulawesi] 5 411 reviews Allah adalah suatu zat yang Mutlak yang mendahului segala sesuatu, “ketika bumi dan langit belum ada, arasy dan kursyi belum ada, surga dan neraka belum ada, alam sekalian belum ada, apa yang pertama? Yang pertama ialah Zat, yang ada pada dirinya, tiada sifat dan tiada nama. Itulah yang pertama. Selanjutnya dikatakan bahwa Zat Allah itu tak bisa diibaratkan, tak bisa diuraikan dengan ibarat, sebab tak ada ibarat yang bisa dipakai untuk mengurai keadaan Allah. Pada-Nya tiada atas atau bawah, tak ada dahulu atau kemudian, tak ada kanan atau kiri dan seterusnya. Allah adalah Zat yang Mutlak yang diibaratkan sebagai laut yang tiada berkesudahan. laut itu juga disebut sebagai Laut Batiniyyah, laut yang dalam dan laut yang mulia. Hakekat sebenarnya dari Zat Allah itu tanpa pembeda-bedaan la ta’ayyun. mengambarkan cara Zat Mutlak itu menjelma tanazzul seperti laut Penjelmaan atau pengaliran ke luar itu terjadi dalam beberapa pangkat atau martabat yaitu 1 pangkat laut yang bergerak di dalamnya segala sesuatu tersimpan, 2 pangkat ombak,di dalamnya terjadi peninjauan Zat atas diri-Nya sendiri 3 pangkat asap dan awan, di dalamnya realitas yang terpendam berada sebagai satu kesatuan yang kemudian membagi-bagi diri untuk kemudian mengalir ke luar ke dalam dunia gejala /fenomena ini, 4 pangkat hujan, di dalamnya realitas yang terpendam itu keluar atas perintah ilahi “ fa yakun”, serta 5 pangkat sungai,yaitu gambaran dunia yang kongkrit ini. mengatakan dalam Zinatul –Muwahidin “Adapun ta’ayyun awwal itu ditamsilkan oleh ahli suluk seperti laut. Apabila laut timbul maka ombak namanya, yakni apabila alim memandang dirinya, maklum jadi pada dirinya; Apabila laut itu melepas jadi nyawa, asap namanya, yakni nyawa ruh idlafi kepada namanya, yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dengan qaul kun fa yakun berbagai-bagai. Apabila hujan itu jatuh ke bumi, sungai namanya, yakni setelah ruh idhafi dengan isti’dad asli dengan a’yan tsabitah hilir di bawah kun fa yakun sungai namanya. Apabila sungai itu pulang ke laut,laut hukumnya. Tetapi laut itu maha suci tiada berlebih dan tiada berkurang . Jika keluar sekalian itu tiada ia kurang, jika masuk pun sekalian itu tiada ia kurang lebih, karena ia suci dari pada segala suci Tahap-tahap pengaliran/ martabat itu diistilahkan dengan ahadiyah, wahdah, wahidiyah. Pangkat ahadiyah disebut juga pangkat la-ta’ayyun tanpa pembeda-beda. Wahdah digambarkan sebagai gerak ombak. Pangkat ini disebutnya sebagai ta’ayyun awwal pembedaan pertama. Pada pangkat ini terjadi empat pembedaan yaitu pengetahuan ilm, eksistensi wujud, pengamatan syuhud, dan cahaya nur. Pada pembedaan pertama ini Zat Allah menjadi sadar akan diri-Nya sendiri serta memiliki pengetahuan tentang segala daya yang terpendam pada diri-Nya sebagai kesatuan. Di sini berarti bahwa Zat Allah tahu bahwa diri-Nya sendiri yang ada, tiada yang lain kecuali Dia. Ia tahu bahwa Ia memiliki daya untuk menjelmakan Diri-Nya. Tingkatan wahdah ini disebut juga ”cahaya Muhammad” Nur Muhammad atau “realitas Muhammad”. “Taayyun awaal wujud yang jama’i, pertama di sana nyata. Ruh idlafi, semesta alam sana lagi ijmali, itulah bernama hakikat Muhammad nabi. Di tempat lain dikatakan “Wahdah itulah yang bernama “kamal zati”. Menyatakan sana ruh Muhammad an- nabi, tatkala itu bernama “ruh idlafi” “. . .’ilm yang melihat maklumat itu, hakikat Muhammad saw. Antara alim dan ma’lum itulah asal cahaya Muhammad pertama-tama bercerai dari pada Zat. Adapun pada suatu ibarat,itulah bernama “ruh idhafi”, yakni nyawa bercampur ;dan pada saat ibarat “aqlul-kulli” namanya[yakni] perhimpunan segala budi. Dan pada suatu ibarat “nur” namanya, yakni cahaya; pada suatu ibarat ”kalamul-a’la” namanya, yakni kalam yang maha tinggi; dan pada suatu ibarat “lauch” namanya, yakni papan tempat menyurat; karena itulah maka sabda Rasullulah ”awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala ar-Ruah, awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala an-Nuur, awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-aql; awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-qalam” Di sini dijelaskan bagaimana kedudukan Nur Muhammad. Nur Muhammad adalah pengetahuanilm yang melihat kepada ma’lum atau ide. Tempatnya berasal di antara yang mengenal dan yang dikenal antara Zat yang Mutlak dan dunia. Oleh karena itu pada bagian lain disebutkan bahwa Nur Muhammad bersinar dari Zat Allah dan bahwa seluruh alam semesta dijadikan dari pada cahaya Muhammad. Sebaliknya Nur Muhammad dijadikan dari pada Zat Allah dan bahwa seandainya tiada cahaya Muhammad, maka alam semesta ini tidak akan ada Pada pangkat wahdah ini peranannya dalam penjelmaan akali sangat penting. Sebagaimana diketahui bahwa penjelmaan ada dua yaitu penjelmaan yang terjadi dalam diri Zat yang Mutlak yang sifatnya akali dan penjelmaan yang terjadi di luar Zat yang Mutlak, sifatnya bisa dilihat. Hubungan keduanya itu sama dengan hubungan antara perwujudan dan gambar yang dipantulkan, atau sebagai lahir dan batin, sedemikian rupa sehingga Zat yang Mutlak itu tampak di dalam dunia gejala. Wahdah adalah cermin yang memantulkan gambar dari yang Mutlak atau bayang Yang Mutlak. Wachda adalah pangkat penilikan diri dari Zat yang Mutlak, yang dengannya Yang Mutlak mengenal diri-Nya dan kemudian seolah-olah Yang Mutlak bangkit dari lamunan-Nya. Wahdah adalah logos. Ia disebut juga “nur Muhammad” Hadiwijono,tt47. Pangkat selanjutnya adalah wahidiyah yang disebut juga pembeda-bedaan kedua ta’ayyun tsani. Pada pangkat ini realitas Muhammad pada ta’ayyun awwal menimbulkan manusia atau chaqiqat insan. Ketiga pangkat penjelmaan, ahadiyah, wahdah, wahidiyah, semuanya terjadi dalam satu eksistensi Ilahi. Maka ketiganya disebut sebagai “Maratib-ilahi”. Penjelmaan selanjutnya dikatakan “Apabila awan itu titik udara,hujan namanya; yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dari qaul kun fa yakun, berbagai-bagai. Di bagian lain menyebutkan adanya pembeda-bedaan ketiga ta’ayyun tsalis yang dinamai pula a’yan kharija realitas yang keluar. Pengertian a’yan kharija menunjukkan bahwa penjelmaan ini dan penjelmaan berikutnya terjadi di luar Zat yang Mutlak, yaitu di dalam dunia. Pada pangkat ini realitas yang terpendam yang di dalam pangkat wahidiyya berkumpul sebagai awan, sekarang mengalir ke luar sebagai roh. Oleh karena itu pangkat ini disebut juga alam arwah. Selanjutnya dari pangkat alam arwah ini menjelma keluar menjadi hujan, air dan sungai yang terkenal dengan pangkat-pangkat alam mitsal, alam ajsam, alam insan. Pangkat alam mitsal, adalah pangkat penjelmaan di mana pembagian rohaniah adalah suatu kenyataan. Alam ini adalah alam cita/ ide. Alam ini merupakan perbatasan antara alam arwah dan alam segala tubuh. Alam ini bercirikan warna seperti alam impian. Alam Ajsam atau alam segala tubuh adalah dunia yang terdiri dari anasir yang halus yang tak bisa diamati oleh indera, serta tak binasa. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil. Ketujuh pangkat penjelmaan yang selanjutnya sering disebut teori martabat tujuh itu sebenarnya bisa dirangkumkan menjadi tiga pangkat, yaitu dari Zat yang Mutlak Ahadiyah, pangkat penengah di mana realitas yang terpendam a’yan tsabita timbul, baik sebagai kesatuan maupun sudah terinci wahdah dan wahidiyya, dan pangkat dunia gejala, yaitu realitas keluar a’yan kharija. Demikianlah penjelasan tentang tanazzul mengalir ke luar-nya Zat yang Mutlak. Dia menempatkan Nur Muhammad sebagai penghubung/ perantara antara Zat yang Mutlak Tuhan dengan dunia. Dari Nur Muhammadlah Zat yang Mutlak bersinar. Dari Nur Muhammad pula asal segala kejadian alam ini. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil. Yang akan berlaku dalam kajian ini bagi Anda, insyaAllah adalah ayat berikut.

zat allah dan nur muhammad